Innalilahi Wa Inna Ilaihi Raji'un, Ulama Kharismatik Aceh, Abu Tumin Blang Bladeh Tutup Usia.

harianfikiransumut.com | Bireuen - Innalillahi Wainnailaihi Rajiun telah berpulang kerahmatullah Tgk H. Muhammad Amin Mahmud (Tumin Blang Bladeh), SELASA tgl. 27 September 2022 M bertepatan dgn tgl. 01 Rabiul Awal 1444 H di RSUD dr. Fauziah Bireuen, Pukul 16.20 Wib. 

Allahummafirlahu warhamhu wafihi wa'fuanhu birahmatika Ya arhamarahimin Amiin.

Tgk. H. Muhammad Amin atau lebih akrab disapa dengan sebutan Abu Tumin lahir pada tanggal 17 Agustus 1932, di desa Kuala Jeumpa, kemukiman Blang Bladeh Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Beliau merupakan putra dari pasangan Ayah Tgk. H. Mahmud Syah dan ibu Khadijah.

Pada hari Jum’at 13 Rajab 1384, Abu Tumin melepas masa lajangnya dengan menikahi Ummi Mujahidah. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai enam orang anak, diantaranya, Khairiyah Faridah, Amirullah Syahirman, Haidar Syahminar, Muhammad, Khadijatul Mutsanna, dan Marhaban Isyatul Mardhiah.

Terlahir dengan mewarisi darah ulama dan menjejakkan kaki pertamanya di bumi juga di tanah Dayah yang dipimpin oleh kakeknya Tgk. H. Hanafiah, seolah menjadi sugesti bagi Tgk. Muhammad Amin muda untuk terus bergelut dengan ilmu pendidikan agama. Karenanya semenjak kecil beliau sudah memperlihatkan minat besar dalam belajar agama. Kala itu beliau belajar agama langsung pada orang tuanya Tgk. H. Mahmudsyah (Tgk. Muda) dan kakeknya Tgk. H. Hanafiyah (Tgk. Tua) di samping itu beliau juga belajar pendidikan formal di Vervolkschule.

Setelah beberapa lama belajar di dayah kakeknya, sampailah Tgk. Muhammad Amin muda pada kesimpulan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi, akhirnya ia memilih untuk menempuh perjalanan religius nya ke kawasan selatan Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di daerah Labuhan Haji, tempat dimana Al-Mukarram Syekh H. Muhammad Muda Wali Al-Khalidy (Abuya Muda Wali) mengasuh sebuah Dayah Salafi yang kelak melahirkan ratusan ulama yang tersebar di seluruh Aceh maupun luar Aceh.

Di antara deburan ombak dan hembusan angin pantai Samudera Hindia, di sanalah Tgk. Muhammad Amin muda dan ratusan santri lainnya mendapat transferan ilmu dari Abuya sebelum akhirnya beliau kembali ke Negeri Jeumpa pada tahun 1960 untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dayah warisan kakeknya yang sudah berdiri sejak tahun 1890. 

Dayah yang berlokasi satu komplek dengan dengan masjid Jami’ kemukiman Blang Bladeh ini pada awalnya belum mempunyai nama, hanya dikenal dengan sebutan “Rangkang”. Baru di masa kepemimpinan Abu Tumin dayah tersebut beliau beri nama dengan Al-Madinatuddiniyah Babussalam.

Semenjak kepemimpinan beliau, Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat pada acara Haul perayaan 57 tahun berdirinya Dayah tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 21 Mei 2017 di komplek Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh dari beberapa waktu yang lalu, di mana ribuan alumni dari berbagai daerah dan kalangan memadati Komplek Dayah untuk mengikuti acara dengan penuh khidmat. 

Saat ini dayah tersebut menampung sekitar 1.300 santri Putra dan 890 santri putri yang dikarantinakan pada dua lokasi terpisah. Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putra berdiri di atas tanah dengan luas 1 hektar, terletak di desa Kuala Jeumpa. Sementara Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putri terletak di Desa Blang Bladeh dengan luas area 800 Meter persegi.

Di sela-sela rutinitas dalam mengasuh Dayah, beliau juga terlibat aktif dalam berbagai forum dan kegiatan. Sebut saja dalam bidang diskusi keagamaan atau muzakarah misalnya, beliau dan ulama-ulama Aceh lainnya selalu berada di panggung utama sebagai pemateri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi ummat.

Sebagai salah satu ulama sepuh di Aceh, beliau terlihat sangat loyal terhadap Mazhab Syafi’i, di mana beliau tetap bersikukuh untuk berpegang dengan pendapat yang kuat dalam Mazhab Syafi’i sekalipun harus berbeda dengan sebagian ulama lainnya, seolah beliau ingin berpesan kepada kita : “beginilah seharusnya bermazhab”.
Komentar

Berita Terkini