Usaha Gula Aren Berikan Harapan Bagi Keluarga

harianfikiransumut.com | Aceh Tamiang - Sesuai Firman Allah SWT didalam Al-Qur'an yang diperuntukkan kepada makhluk hidup, yakni manusia agar bertebarlah di muka bumi untuk mencari rezeki.

Rezeki itu dapat diperoleh dari berbagai cara, tergantung bagaimana cara kita untuk mendapatkannya sehingga bisa untuk memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan.

Seperti halnya yang ditekuni oleh Pak Ridwan (61) yang akrab disapa Pak Buyung warga Dusun Metro Jaya Kampung Durian, Kecamatan Rantau  Kabupaten Aceh Tamiang.

Ia menekuni usaha memasak air nira menjadi gula aren telah berlangsung sejak lama, bahkan semasa ia masih kecil juga telah ikut membantu kedua orangtuanya.

Namun, setelah berkeluarga, ia menekuni usahanya sendiri hingga saat ini telah berusia kurang lebih 40 tahun, ini semua dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.

Pak Buyung memiliki seorang isteri dan tujuh orang anak, enam orang anak kandung dan satu orang diantaranya merupakan anak yatim yang diasuhnya.

Bermodalkan pisau yang tajam, jerigen lima liter tempat menampung air nira dan belanga(Kuali) yang besar dilengkapi dengan alat percetakan tradisional yang terbuat dari potongan bambu untuk mencetak gula aren(gula tapak), ia memulai usahanya.

Ia memanen air nira tersebut dari sembilan pohon aren milik warga setempat, kemudian hasilnya berbagi dengan pemilik pohon arennya.

Alhamdulillah, dari usahanya ini, Pak Buyung mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi bahkan ia juga dapat membeli sebidang tanah dari hasil usaha gula merah(gula aren) yang ditekuninya.

Kepada harianfikiransumut.com, Kamis, 15 Juni 2022, Ridwan menjelaskan, proses pengambilan air aren tersebut dilakukan dua kali sehari, yakni pada pagi setelah shalat subuh dan sore hari.

Kemudian, setelah air arennya terkumpul lalu dimasak menggunakan belanga(kuali) yang besar, setelah air arennya mendidih dan mengental, kemudian dicurahkan kedalam cetakan yang telah disediakan, kata Pak Buyung.

Setelah itu, kata Buyung, kita tunngu beberapa saat hingga curahan air aren mengental dan menjadi keras didalam cetakan sehingga siap untuk di packing (bungkus) sesuai ukuran berat timbangannya. 

Buyung juga menambahkan, air aren yang di panen dari beberapa pohon tersebut menghasilkan gula aren kurang lebih mencapai 9 - 10 kilogram per harinya.

Alhamdulillah, saat ini harga gula aren di pasar masih stabil berkisar Rp 25.000 per kilogramnya, ucap Buyung sembari mengatakan bahwa rezeki itu harus dicari dan ditenekuni usahanya.

Ia juga menjelaskan, dalam usahanya sebagai petani air nira (ijuk) tidak terlepas juga dari gangguan hama yang merusak air sadapan nira.

Terlebih di musim kemarau, gangguan hama itu berasal dari monyet-monyet liar dengan merusak dahan nira serta tempat penampungannya, sehingga air nira menjadi berkurang akibat diminumnya.

Selain itu, tambah Buyung, ia juga berharap agar pemerintah kabupaten Aceh Tamiang melalui instansi terkait, kiranya dapat memberikan bantuan peralatan untuk mengolah dan memasak air nira, berhubung kuali tempat memasak air nira yang dimilikinya telah termakan usia dan perlu untuk digantikan dengan yang lebih besar ukurannya.

Harapan itu disampaikan pak Buyung  agar keberlangsungan usahanya sebagai petani penyadap air nira dapat di kabulkan oleh pemerintah demi memenuhi kebutuhan keluarganya.(Abdul Karim).

Komentar

Berita Terkini