Amang ; Jangan Sesekali Melupakan Sejarah

harianfikiransumut.com | Meranti - Virus Covid 19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia sangat dirasakan oleh masyarakat, yang mana dampak Virus Covid 19 ini memporak porandakan sendi sendi ekonomi.

Ditengah masyarakat secara ekonomi serba sulit, dikarenakan belum berakhirnya Covid 19, nasib honorer di Meranti  bagai pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula, yang mana para honorer yang selama ini menggantungkan hidup bekerja sebagai honorer, ada diinstansi, dinas, kantor dan guru, oleh Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti diberhentikan per 31 Desember 2021.

Sementara mereka ada yang puluhan tahun bekerja sabagai honorer, bahkan jauh sebelum Meranti dimekarkan (masih berstatus kecamatan red ), namun tidak diperpanjang kontrak kerjanya, dengan bahasa  keren dirumahkan.

Tentu dengan diberhentikan itu, para honorer yang kebanyakan sudah berkeluarga, ada yang rumah menyewa, ada yang kridit Honda, tentu ini membuat para honorer kelabakan, sementara di Kabupaten Kepulauan Meranti untuk mencari kerja sangatlah susah, satu satunya mencari kerja hanya dinegara Malaysia/menjadi TKI, dikarenakan situasi Covid 19 masih belum reda, Negara Malaysia masih lokc Donw, sehingga tidak menerima tenaga kerja dari negara manapun.

Tenaga honorer yang diberhentikan tidak kurang dari 4.000 orang.
Jelas angka pengangguran di Meranti bertambah, sebagian dari mereka adalah tulang punggung keluarga.

Dengan keputusan Bupati Meranti merumahkan honorer, dengan rasa simpati, beberapa LSM bergabung  mengadakan unjuk rasa/ demo Minggu lalu 11/01/2022, adapun LSM yang bergabung adalah Lembaga Muda Melayu Riau ( LM2R ), Persatuan Pemuda Tempatan ( Perpat ), Koalisi Pemuda Pengawas Aset ( Koppas ) Riau, Lumbung Imformasi Rakyat ( Lira ) Riau.
Dalam orasinya meminta Bupati membatalkan keputusannya merumahkan para honorer, tak perlu adanya seleksi ulang, dan memperkerjakan para honorer secara keseluruhan.

Dalam orasi mereka bilang juga tak punya kepentingan dan tidak ada ditunggangi oleh pihak manapun, ini murni rasa peduli dan simpati terhadap para rekan honorer...
Tuntutan yang sama juga dari aksi demo Aliansi Mahasiswa 10/01/2022.

Norman Gibran salah satu dari pengunjuk rasa dalam orasinya mengatakan akibat dari kebijakan Bupati mengakibatkan ekonomi lumpuh, karena ketika honorer tidak dipekerjakan lagi perputaran uang dimeranti drastis turun, jumlah belanja sedikit, kita sangat kawatir, dengan pemberentian honorer akan terjadi tindak kriminal, Bupati jangan berselindung pada aturan hukum, Meranti ini bukan daerah industri, jadi belum saatnya merumahkan tenaga honorer.

Menyikapi tentang keputusan Bupati merumahkan honorer, Amang tokoh masyarakat dan juga pejuang pemekaran Kabupaten Meranti, mengatakan salut dengan berbagai LSM gabungan dan juga Aliansi Mahasiswa yang mengadakan aksi demo dihalaman kantor bupati dalam memperjuangkan nasib para honorer.

Kepada awak Media Amang mengatakan, seharus Bupati pada saat pandemi Covid 19 ini janganlah dulu merumahkan para honorer, seperti tanjung Balai Karimun, mereka juga mengalami defisit anggaran sama seperti Meranti, namun tanjung Balai Karimun tidak merumahkan honorer, pusat saja baru wacana merumahkan honorer pada tahun 2023 , mengapa demikian tentu pusat membuat kajian yang masak, koq di Meranti malah merumahkan honorer ketika ekonomi sulit dimasa pandemi Covid 19 ini.

Dan membuat para honorer jadi penganggur, memang oleh pemkab mengadakan seleksi atau tes non pns, apakah yang ikut tes non PNS itu lulus semua, kalau tidak timbul kesenjangan, apalagi kalau yang diterima cuma separoh dari tenaga honor yang berjumlah empat ribuan lebih, tentu sisanya sekitar dua ribuan menjadi penganggur, kalau ini terjadi sangat disayangkan, maka bertambah banyaklah pengangguran dimeranti. Tentu bertolak belakang dari cita cita para pejuang  Kabupaten Meranti .

Yang mana cita cita para pejuang Meranti adalah untuk mensejahterakan masyarakat tempatan bukan malah sebaliknya.

Coba kita sejenak mundur kebelakang
Mengingat masa lalu Kabupaten Kepulauan Meranti adalah Kabupaten termuda di Riau.

Dulunya hanya sebuah Kecamatan, yaitu Kecamatan Tebing Tinggi beribukotakan Selatpanjang, adalah salah satu Kecamatan yang dibawah naungan Kabupaten Bengkalis. 

Berkat Perjuangan para tokoh pejuang Meranti dan masyarakat, maka terwujudlah Kabupaten yang diberi nama Meranti  diambil dari singkatan tiga pulau yakni, ( Merbau, Rangsang dan Tebing Tinggi ).

Tentu cita cita dari para pejuang Kabupaten Kepulauan Meranti adalah bagaimana masyarakat tempatan kehidupannya sejahtera,

Hingga saat ini telah 13 Tahun usia Kabupaten Kepulauan Meranti, masyarakat telah merasakan hasil jerih payah para para tokoh pejuang Meranti, diantara  pembangunan jalan, sekolah dan pembangunan yang lainnya, bahkan setelah jadi Kabupaten, berkat Perjuangan para tokoh pejuang Meranti, bisa anak tempatan melenggang kangkung kekursi empuk, ada yang jadi Bupati dan juga anggota Dewan, ini semua mereka bisa dapatkan tentu tak terlepas dari perjuangan  pejuang Kabupaten Kepulauan Meranti.

Saya cuma mau mengingatkan Jas Merah  ( jangan sesekali melupakan sejarah )

Hal ini saya ungkapkan agar kita saling mengingatkan, tidak ada niat untuk membangga diri sebagai pejuang Meranti, apalagi  mengintervensi,tidak sama sekali, ini semata mata rasa kepedulian saya terhadap tanah jantan tempat kelahiran kita, kalau bisa keputusan Bupati ditinjau ulang kembali, karena  putusan tersebut sangat mencedraih masyarakat,mari kita kembali pada konsep cita cita perjuangan Meranti, untuk mensejahtrakan masyarakat tempatan, tutupnya..

Penulis : Karim
Komentar

Berita Terkini