Direktur RSUD Mokoyurli Kab.Buol/Sulteng "New Normal Vs Pura-Pura Normal"

harianfikiransumut.com : Sulawesi Tengah - Juru Bicara Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah, dr.H.Arianto S. memberikan tanggapan terhadap kesiapan daerah memasuki era New Normal setelah di berlakukan PSBB selama dua kali empat belas hari (2 Tahap), Senin (08/06/2020).

Tanggapan yang di keluarkan oleh Direktur RSUD Mokoyurli Kabupaten Buol tersebut adalah reaksi dari tayangan CNN Indonesia pada Selasa,26/Mei/2020 yang rilisnya.

Dikatakan bahwa Indonesia akan masuk ke  era New Normal atau kelaziman baru dalam kehidupan sehari-hari,sebab negara ini harus tetap produktif di tengah wabah pandemi Covid-19 (the new normal) tatanan atau cara hidup yang baru untuk kita beradaptasi dengan covid-19.

Setelah rilis CNN Indonesia tersebut di publikasikan,tak berselang lama beredar postingan bahwa kabupaten Buol masuk urutan ke-25 dalam persiapan memasuki new normal.

Dalam kesempatan tersebut kami menyempatkan bertanya kepada juru bicara Gugus tugas percepatan penanganan Corona virus Disease (Covid-19) dr.H.Arianto S yang juga Direktur RSUD Mokoyurli Kabupaten Buol.

"Sudah siapkah kabupaten Buol memasuki tatanan hidup baru dengan segala konsekwensinya?" Spontan dijawabnya Tidak...! Selanjutnya, Direktur RSUD Mokoyurli Kabupaten Buol ini mengatakan,Maaf.... bayangan awal saya tentang new normal adalah,bahwa hadirnya masa dimana kita kembali bisa beraktivitas seperti semula sama seperti sebelum pandemi COVID-19 terjadi.

Bisa saling berkunjung, bersalaman,sholat berjamaah di masjid tanpa masker dan tanpa social Distancing, sehingga apa yang di katakan New Normal malah menjadi "pura-pura normal (PPN)" Ungkapnya.

Dokter H.Arianto S.Panambang selaku koordinator tim dokter satgas COVID-19 kabupaten Buol mengatakan, bahwa dugaannya ternyata salah, sebab kita kembali menjalani kehidupan yang normal dengan memaksa diri untuk akrab dan patuh dengan seperangkat protokol kesehatan.

Dimana ada kehidupan normal kembali berjalan dengan perilaku sosial yang berbeda, ada perubahan dalam pola kehidupan masyarakat, yaitu: Pakai masker, jaga jarak,hindari kerumunan,rajin cuci tangan,jangan jabat tangan,dan sebagainya.

Lebih lanjut juru bicara COVID-19 kabupaten Buol ini berfikir bahwa bisa jadi mungkin karena saat ini kabupaten Buol tengah menjalani PSBB tahap ke-II hingga tanggal 10 Juni 2020.

Sehingga gugus tugas percepatan COVID-19 kabupaten Buol belum membahas hal ini, karena masih konsentrasi mengawal jalannya PSBB Tahap ke-II.

Jika melihat 3(tiga) indikator implementasi new normal yang di tetapkan Badan kesehatan Dunia (WHO), Maka Indikator pertama adalah epidemiologis (studi dan analisis tentang distribusi, pola,dan penentu kondisi kesehatan dan penyakit).

Kedua indikator surveillance yang berkaitan dengan variabel data yang perlu di rekam, dan ketiga indikator sistem kesehatan.maka sepertinya kabupaten Buol masih jauh panggang dari api.

Indikator epidemiologis menurut dr.H.Arianto S.panambang mempersyaratkan adanya penurunan jumlah kasus terkonfirmasi (+) positif selama dua pekan terakhir kurang dari 50%.

Tidak ditemukan kasus meninggal dari yang terkonfirmasi positif Covid-19 di kabupaten Buol, penurunan jumlah kasus positif yang di rawat di RSUD Mokoyurli dan 2(dua) RS darurat, serta kenaikan jumlah yang sembuh dari COVID-19, dr.H.Arianto S.Panambang berharap untuk tiga indikator ini dirinya berharap kabupaten Buol Bisa lolos dan terbebas dari COVID-19.

Indikator surveillance kesehatan masyarakat mempersyaratkan jumlah pemeriksaan spesimen meningkat dalam dua pekan terakhir.

Menurutnya positif Rata-rata kurang dari 5% (dari seluruh sampel yang positif hanya 5%), selain itu ada penurunan mobilitas penduduk, pelaksanaan Contact tracking dari setiap kasus yang terkonfirmasi positif katanya.

Ketika di tanya bagaimana dengan kabupaten Buol, apakah PSBB bisa di katakan berhasil, dr.H.Arianto S mengatakan, belum optimal, sebab kita tidak pernah tahu berapa banyak orang yang tidak terdeteksi dan tidak lakukan pemeriksaan suhu badan serta Rapid Test.

Penjelasan ilmiah Direktur RSUD Mokoyurli Kabupaten Buol dr.H.Arianto S Panambang ini juga menyentil indikator kesiapan layanan kesehatan masyarakat dimana telah mempersyaratkan ketersediaan ruang isolasi untuk setiap kasus COVID-19 di RSUD maupun RS Darurat.

Jumlah APD terpenuhi untuk seluruh tenaga kesehatan di RS serta ketersediaan dan kecukupan ventilator di Rumah sakit,menurutnya semua dijadikan layak dan tersedia, hanya saja jumlahnya masih sangat minim.

Dengan penjelasan tersebut dr.H.Arianto S.Panambang mencoba membuka semua data perkembangan penanganan Covid-19 di Sulawesi tengah, termasuk persentasi ketua ikatan dokter Indonesia (IDI) Sulawesi tengah dalam seminar hari itu.

"Sekilas ingin saya sampaikan bahwa Sulawesi tengah secara umum belum siap untuk menerapkan New Normal, termasuk yang di rekomendasikan dari pemerintah pusat terhadap 3 (tiga) kabupaten yakni Donggala,Touna,dan Banggai Laut".

Menurutnya masih perlu analisa lebih mendalam terhadap indikator-indikator diatas, termasuk 3(tiga) kabupaten yang di rekomendasikan, khususnya terkait pemeriksaan spesimen.

Angka pemeriksaan masih sangat rendah dan tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya dari wilayah tersebut diatas, artinya bila tim dokter COVID-19 dan Tim medis memiliki fasilitas penunjang yang memadai, dirinya yakin angka Pasien COVID-19 bisa lebih besar dari kemarin.

Belum lagi paparan kurva yang tidak menggambarkan kondisi rill harian, mengingat lambatnya hasil pemeriksaan Swab PCR kondisi yang di laporkan hari ini.

Sesungguhnya adalah rill empat atau lima hari yang lalu, bukan hari ini,disela pernyataannya dr.H.Arianto S.Panambang mengatakan, bahwa ia teringat pernah dalam satu kasus di laporkan landainya kurva terkonfirmasi positif. Setelah dilakukan kajian mendalam, ternyata sepekan tidak ada pemeriksaan PCR akibat tidak adanya reagen.

Menurutnya, bila pelaksanaan new normal terus dipaksakan penerapannya, Maka jaminan protokoler kesehatan dipastikan betul sudah di pahami dan akan di laksanakan oleh masyarakat secara umum.

Ketersediaan APD standar wajib dipenuhi, penambahan jumlah APD, serta tenaga kesehatan dengan mempertimbangkan beban kerja dan pembiayaan perlu dituntaskan dengan rill terlebih dahulu,karena jika tidak, maka kita bersiap menghadapi badai gelombang kedua pandemi.

Mengakhiri pernyataan dan tanggapannya, dr.H.Arianto S.Panambang mengatakan bahwa "ada benarnya filosofi kelahiran kita: kepala dulu kemudian kaki, sederhana tapi ada pelajaran besar yang berharga terkandung disana.

Seakan kita di ajarkan untuk berfikir dahulu sebelum melangkah", sebab terkadang komitmen awal bisa saja berubah sewaktu-waktu sesuai kondisi seperti contoh sulitnya mendeteksi Virus Corona.(Henny)
Komentar

Berita Terkini