Petani Jagung Dilampung Selatan Rugi Hingga Gulung Tikar


harianfikiransumut.com - Lampung Selatan : Akibat dampak virus covit - 19 perekonomian masyarakat dari berbagai kalangan usaha mengalami penurunan bahkan ambruk , Salah satu sektor usaha yang paling merasakan dampak virus cofit - 19 adalah sektot pertanian .

Rohim Petani Dari Penengahan , Sogi Petani dari Ketapang dan beberapa petani jagung lainya senada mengatakan meski ditempat berbeda , musim panen jagung kali ini petani buntung bukan untung. Pada Rabu 06/05/20.

"Petani jagung baik yang modal sendi apa lagi yang pinjam modal KUR atau SIMPEDES , semuanya mengeluh karna harga jual jagung sama biaya tak sesuai."Papar Petani senada.

Saat dimintai hitungan biaya produksi Sogi menyebutkan bahwa biaya untuk satu paket benih jagung yang ditanam mencapai Rp.3 juta lebih.

"Kita hitung paket benih 5 kg mas , biaya olah lahan Rp.500 ribu , benih Rp.450 ribu , biaya tanam Rp.300 ribu , perawatan Rp. 600 ribu , racun ulat 300 ribu , biaya panen dan angkutan kerunah Rp. 900 ribu , biaya jasa perontok dan mobil Rp.250 . total Rp 3 juta 300 ribu . Kemudian dari benih jagung 1 paket 5 kg itu rata - rata petani dapat hasil 50 karung , dari 50 karung dirontok dapat jagung kurang lebih 1500 kg x 1800 = 2.700.000 jadi untuk satu paket petani merugi sekitar Rp.600.000 mas, jadi tinggal mengalikan kalau petani nanam 30 paket 5 kg ya petaninya rugi Rp.18 jutaan." Jelasnya.

Ditambahkan Rohim , itu baru kebutuhan biaya produksi mas , belum lagi selama 6 bulan petani juga butuh biaya hidup , seperti beli beras , lauk pauk ,sayuran dan kebutuhan anak sekolah. Pokoknya musim ini kami bukan rugi tapi gulung tikar , karna ada juga petani yang satu paket benih 5 kg cuma dapat 30 karung akibat jagung kena penyakit layu batang dan serangan ulat. Apalagi untuk petani yang nanam ulang akibat benih  jagung tidak tumbuh karna serangan burung terkukur. Pungkasnya (Suradi)
Komentar

Berita Terkini