Harga Getah Turun Draktis, Petani Karet Menjerit

harianfikiransumut.com : Simalungun - Harga  getah/karet semakin terpuruk, bahkan turun draktis hingga 50% masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan bertani karet menjerit sontak tak percaya dengan harga yang di tetapkan para pengumpul/ agen getah khususnya di Kecamatan Hatonduhan. Sabtu (09/05/2020)

Hampir setiap minggu harga komidi  karet terus mengalami penurunan hingga 50%,
Sebut saja Bu siti, warga dusun Manda sari, salah satu dari ratusan warga petani karet, yang begitu menggeluhkan harga getah/ karet yang semakin terpuruk.

Bu Siti hanya bekerja sebagai buruh di ladang orang, yang setiap harinya menderes kebun karet tetangga, dengan cara bagi hasil, satu bagian untuk Bu Siti dan dua bagian untuk pemilik kebun.

Dengan penurunan harga getah, pengahsilan bu siti sudah tak mampu lagi memenuhi kebutuhan keluarga sementara suaminya hanya buruh bagunan yang kadang kerja, kadang menganggur di rumah.

Bu siti, tak tau lagi harus berbuat apa dia hanya meneteskan air mata, saat dia tau harga karetnya di hargai dengan begitu rendah oleh agen yang biasa membeli getahnya.

Tak hanya bu siti masih banyak lagi masyarakat yang tak tahu harus mengadu kepada siapa, mendengar harga getah yang terus turun.

Pengumpul/agen getah bermarga Butar-butar juga tak mau rugi Dia menyebutkan" harga penjualan getah di pabrik terus turun, mau tidak mau kami harus menurunkan harga saat membeli getah masyarakat, ujarnya.

Butar-butar juga menyebutkan, "harga karet hari ini bisa jadi turun lagi, dari info terakhir yang kami dapat dari pabrik PT BSRE yang biasa tempat kami menjual mengalami antrian panjang dan barang menumpuk, kemungkinan akan tutup, jika hal ini terus terjadi harga karet pasti turun lagi, dan kami belum tau dapat untung atau tidak, kata Butar-butar

Hal yang sama dialami para pengumpul/agen getah bermarga Manurung, "entahlah ini bang, kami tak tau lagi harus bilang apa sama masyarat petani karet, harga karet tak bisa bertahan bahkan terus turun, kalo kayak gini untung belum tentu, rugi sudah pasti, tuturnya.

Penurunan harga getah pastinya berimbas pada petani karet, untuk di Kecamatan Hatonduhan sendiri 40% masyarakatnya menjadi petani karet, belum lagi kecamatan lainnya di kabupaten Simalungun.

Mereka berharap pemerintah pusat maupun daerah bisa menjelaskan kepada masyarakat, sebab apa harga karet semakin terpuruk hingga 50%.

Bagaimana nasib petani kecil yang mengaharapkan hasil dari tanaman karetnya, sementara masalah Covid-19 belum juga tuntas, mereka mengharapkan bantuan untuk menutupi kebutuhannya.

Pemerintah daerahnya khususnya Bupati Simalungun harus bertindak mencari solusi, agar para petani karet tak terus menerus mengalami kerugian, kasihan mereka tak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. (SA)
Komentar

Berita Terkini