Setidaknya ada tiga tahapan dalam agenda anti korupsi,Petama Penindakan, membuat orang takut korupsi, Kedua Pencegahan, membuat orang sulit korupsi dan terakhir, Pendidikan membuat orang tidak mau korupsi.
Direktur FORMASI Riau Dr. Muhammad Nurul Huda, SH. MH,sebagai penggiat anti korupsi di Riau berpendapat, "Indonesia kedepannya lebih baik mengambil porsi lebih banyak dalam peran pendidikan agar orang tidak mau korupsi," terang Huda, pada Selasa (12/05/2020) di Pekanbaru.
Mengapa begitu, Huda memberikan perumpamaan, "Rotan yang sudah tua atau setengah tua susah untuk diluruskan lagi, jikapun diluruskan bisa banyak struktur rotan yang patah," sambungnya.
Tentunya, upaya pendidikan dalam agenda anti korupsi tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, tapi butuh waktu yang lama dan dijaga dengan baik serta konsisten.
Namun demikian, penindakan juga penting, jika uang negara itu banyak diselewengkan atau penggiat anti korupsi di 'kriminalisasikan' atau pejabat melahirkan kebijakan publik tapi menerima hadiah atau upeti, penindakan menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Sembari berjalannya pendidikan anti korupsi dan penindakan korupsi. Pencegahan juga penting, yaitu menutup ruang untuk korupsi dengan mengubah atau menambah beberapa peraturan serta melaksanakan sosialisasi, seminar atau penyuluhan anti korupsi yang melibatkan penggiat atau aktivis anti korupsi agar korupsi bisa dicegah semaksimal mungkin.
Untuk itu, FORMASI Riau menegaskan Pemerintah Daerah baiknya membuka seluruh dokument publik yang dapat diakses 24 jam oleh masyarakat dan untuk pejabat Eksekutif, Legislatif, dan Penegak Hukum serta seluruh lapisan masyarakat indonesia khususnya Riau, Katakan saya tidak korupsi, Kalau bersih kenapa takut.(Rls)
