Berkat Kadarsiono 'Yang Gila', Desa Anak Setatah Kini Punya Ekowisata Hutan Mangrove


harianfikiransumut.com - 
SELATPANJANG : Kadarsiono bersama istrinya Farida menjadi pahlawan bagi tempat tinggalnya yakni di Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti.

Kerisauannya terdapat abrasi yang melanda desa tersebut membuat dirinya berpikir keras untuk menangkal ganasnya ombak Selat Melaka itu. Dia lalu mendirikan kelompok pelestarian wilayah pesisir bernama Tegas, dua tahun kemudian.

Berdua dengan sang istri, Kadarsiono membibit mangrove gunakan uang pribadi. Sesekali dia mengajak anak-anaknya dan keluarga. Mereka mencari bibit dengan sampan menyusuri desa-desa yang ditumbuhi mangrove di Pulau Rangsang.

Kadar dan Farida, sampai berjualan rambutan dan durian dari kebun mereka untuk membeli polybag guna menyemai bibit mangrove.

“Ini demi wilayah kami. Masyarakat pun mulai ada yang respon,” kata Farida.

Mereka membibit mangrove di sungai kecil samping rumah, dalam kubangan lumpur ketika sungai itu kering.

Setelah usia bibit tiga bulan, Kadar mengajak murid sekolah di Anak Setatah untuk membantu menanam di sepanjang tepi laut Dusun Karet, tak jauh dari belakang rumahnya.

Kadar waktu itu bilang, tak punya biaya memadai untuk melakukan pekerjaan ini sendirian. “Anak-anak sekolah yang mau bantu itu hanya saya kasih uang jajan yang tak seberapa,” katanya.

Sudahlah begitu, Kadar dan Farida, harus menghadapi cemoohan serta hinaan dari masyarakat pada awal-awal dia merintis pembibitan mangrove ini. Apa yang dia kerjakan dianggap mustahil.

"Waktu itu ketika saya menanam mangrove di sepanjang pantai itu saya kerap dikatakan tidak waras dan gila, karena ada sebagian orang menganggap itu pekerjaan yang sia-sia," ingat Kadarsiono.

Farida kuat karena suami menyakinkan dia untuk konsisten dengan pekerjaan itu.

Bibit kayu api-api tak mudah tumbuh. Berulangkali Kadar dan keluarga turun ke lumpur menyulam kembali bibit-bibit yang hanyut disapu ombak. Baginya, menanam mangrove harus sabar dan perlu ketekunan.

Kini, mangrove yang ditanam sejak 2006 itu tumbuh subur dan padat dengan akar-akar rapat.

Kadar sengaja melakukan itu di belakang rumah untuk membuktikan pada orang yang tak percaya bahwa, menyelamatkan abrasi bisa dengan menanam api-api.

“Kita tunjukan bukti, bukan omongan saja,” katanya.

Berkat kerja keras dan konsistennya seorang Kadarsiono, kini Desa Anak Setatah sudah aman dari gempuran ombak.

"Kalau dulu abrasi menyebabkan daratan runtuh sepanjang 15 meter setiap tahunnya, kini tidak lagi, kebun karet pun sudah aman," kata Kadarsiono

Tidak hanya itu, berkat kegigihan Kadarsiono dan keluarga yang juga dibantu oleh beberapa warga, Desa Anak Setatah kini sudah memiliki ekowisata hutan mangrove dengan panjangnya jembatan dan beberapa fasilitas lainnya yang dibangun menggunakan Dana Alokasi Khusus sebesar Rp 699 juta lebih.

Lokasi wisata itu diberi nama Jembatan Cinta Mangrove di Desa Anak Setatah yang diresmikan oleh
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau Yulian Norwis  Minggu, (29/12/2019). 

Dikatakan Sekda, bahwa pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti mengapresiasi terhadap Desa Anak Saya dan pemerintah daerah juga mendukung dengan tujuan  pertumbuhan ekonomi yang ada di daerah tumbuh dengan baik. 

"Kita berupaya membantu memfasilitasi sarana prasarananya dan untuk itu saya berharap bagaimana masyarakat bisa mengelolanya dengan baik. Ini upaya pemerintah bagaimana kita bisa meningkatkan perekonomian yang ada di daerah kita menjadi lebih baik," ungkap Sekda. 

Sementara itu, Kepala Desa Anak Setatah, Zulhadi dalam sambutannya mengimbau kepada masyarakat untuk melestarikan hutan mangrove tersebut.

"Saya menghimbau kepada masyarakat Desa Anak Eetatah, agar dapat melestarikan wisata magrove ini dengan baik. Apalagi hutan mangrove ini sudah memberikan keuntungan untuk desa ini terutama dalam hal perekonomian daerah kita," ujarnya. 

Caption: Dahulu lokasi itu tandus tidak ada tanaman mangrove, yang ada hanya gempuran ombak yang menggulung pantai, kini tempat itu sudah teduh dengan rindangnya pohon mangrove yang ditanam oleh Kadarsiono dan istri.
(Syahban/Karim)
Komentar

Berita Terkini